Nihil


puisi itu mantra kata, yang fitri
sebelum pagi buta menyentuh pipimu, oleh
parau gigil yang hembus

kau tarik selimut, berdua tenggelam
dalam-dalam menarikan mimpi
sepasang kekasih, burung hantu, turut serta
semesta terbang juga

memcumbu gegap gemerlap malam
lirih berlarian
sebelum luruh bergantian berteduh, hujan
kau genggam

nihil. yang harap sepasang sayap
sepatu kaca. rumah gipsy
kuda putih membawa pangeran
sudah mati di atasnya

amat sedih. terbanglah,
sambangi seluruh dunia
tujuh keajaiban, yang mana
kau dengan nama rupa-rupa
;kadang rindu
jarak,
temu
jejak,
berlari ke tepi cermin
mencinta diri sendiri,
dalam mimpi. lantas tidurlah.

Metrofiksi - Aug, 23 2017.

You may like these posts